Soto ayam, siapa suka makanan gurih berkuah ini ?
Jawab : Saya.
Yup. Saya adalah penyuka soto ayam kelas berat. Saking sukanya soto ayam, sehingga dalam sebuah kumpulan cerita pendek yang dibukukan, terdapat satu cerita meminjam soto ayam sebagai latar. Deskripsi mengenai soto ayam adalah tentang kebiasaan saya masa kuliah.
Perkenalan dengan soto ayam (soto lamongan) terjadi tidak sengaja. Waktu itu pukul 00.00, ketika Arifah dan Saya—teman se-kamar plus sohib sama-sama di PMII pulang rapat— Menyusuri jalan pertigaan jalan Adisutjipto dan Timoho. Di sisi badan jalan mepet pagar kampus pasca sarjana UIN, Kami singgahi warung soto. Penjual menyambut suka cita, terlihat raut berserinya.
"Mari Mbak silahkan," katanya melempar senyum. Senyum khas penjual gembira kedatangan uang. Nalurinya bilang dua gadis remaja berjilbab yang mendekat itu mahasiswa kampus islam.
Masih ada Mang? kata Arifah. Maksudnya menanyakan apa stok soto ayamnya komplit,
"Untuk Mbak berdua masih cukup," katanya sopan sambil mengelap tangan.
Warung itu diterangi listrik berkekuatan berat. Keadaan terbalik dengan sempadan kali gajah wong yang kelam pekat. Wangi bumbu soto menabrak penciuman, desing kompor gas bertenaga penuh kalap menghajar bokong dandang.
Kompor bekerja saat malam telah lelah. Seorang pegawai warung berjongkok menata mangkuk. Lainnya sibuk bersiul keringatan. Tangannya memutar dan mengikat plastik begitu kuat. Baginya, mengikat plastik serupa menjerat hati pelanggan supaya datang (lagi) demi soto ayam.
Di sana di warung beratap terpal biru, angin malam mengirimkan hawa salju puncak merapi.
Aroma soto ayam lamongan menggelar lapak godaan. Perut yang dijajah lapar berteriak liar minta kemerdekaan.
Dan
"Makasih Mang" kata Arifah menyurungkan uang.
Warga Betawi ini harusnya menyebut Cacak atau Mas untuk orang Jawa bukan Mamang . Ah..biar saja. Kebiasaan Arifah tidak perlu menyekat jarak pertemanan Kami. Suka-suka Dia untuk Mas atau Mang pada Abang penjual. Eh kenapa Abang, juga ?! :))
"Loh?" kata Arifah sedikit agak kaget. Logat Jakarta-nya menaik..
“Iya gak papa,” senyum arif lelaki setengah baya.
"Makasih," cengkok Arifah kental nafas ibu kota.
“Kost di Sapen, ya ? logat berat Jawa Timur-an bertanya. Khasnya suara lelaki bariton, berat.
Linglung Arifah,
Lalu...
"Hehe..." Arifah nyengir kuda, walau lebih bagus tidak senyum saja.
"Dia belum bilang terima kasih. Eh sudah ding." lanjut, saya yang tiba-tiba gagu.
Kaki kami akan beranjak pergi.
"Makasih Mas “ kataku memutar leher, latah. Menyikut tangan arifah, lalu melaju menjauhi warung si Mas-Mas nya
Jalanan Timoho bersampingan komplek kuburan. Lalu lintas lengang. Aroma kamboja seketika menikam keangkuhan ego.
Melewati kuburan tengah malam, jalan depan kampus sepi, menyiutkan nyali padahal saban hari jalan itu dilewati. Angin puncak merapi menyusupkan dingin aroma melati.
"Hallo Mbaaak...." Suara seseorang bertudung gelap menyapa. Sekujur hitam, besar dan berbulu-- kecuali gigi putihnya menunjukkan tampang. Hiiiiiks... andai itu kejadian, pastilah saya yang penakut ini lari tunggang langgang tidak karuan.
Kami memercepat langkah, walaupun tidak ada yang lewat. Lalu menyeberang jalan dan menyusuri sisis selasar kampus fakultas syariah. Pulang ke kost.
"Ken— ?"
"Bayar separo!” kata Arifah menjawab ingin tahu-ku.
"Alhamdullialah rezeki kita. Akhir bulan ada yang sedekah."
"Kan lumayan.” Arifah mengantongi recehan kembalian.
Sejak malam itu mulailah saya jatuh cinta lalu mencintai dan setia hingga kini. Mencintai soto ayam maksudnya.
Mengapa soto ayam ?
Lepas kuliah, lidah saya terbiasa dengan soto ayam. Selera makan mencair dari rasa kuliner asli Kalimantan dan mulai menambahkan menu ke-jawa-jawaan dalam hidangan keluarga.
Karena ke-empat anak saya mondok di Jombang, setiap pulang ke Bontang soto ayam adalah andalan makan. Emak dan Anak sama-sama penikmat soto ayam.
Rating soto ayam dalam hidangan menyisihkan soto banjar sebagai basic tradisi keluarga.
Melihat kecenderungan Kami yang tinggi pada soto ayam lamongan, Abahnya menyindir “ Di rumah ini semua orang Jawa, Abah ajah Banjar. “Tentu saja gurauan yang tidak bikin kami melonggar menikmati soto ayam lamongan.
Emma Anak Saya bahkan menulis pada personal blog-nya kegemaran Ummi akan soto ayam.
“Ummi saya penyuka soto kelas berat, soto apa saja. paling kerap Beliau hidangkan adalah soto lamongan, soto kegemaran Saya dan Adik-Adik. Setiap menikmati soto, Ummi selalu menambahkan jeruk nipis dan sambel yang banyak dengan tidak melupakan kerupuk.
Soto adalah makanan yang Beliau cari saat sakit.
Soto, hidangan saat perayaan keluarga juga dalam pertemuan sederhana.
Ummi begitu menyukai soto ayam. Soto surabaya dengan koya, soto blitar pakai santan dan soto betawi yang menambahkan emping belinjo. Saya tidak paham sedikitpun perbedaan antara satu soto dan soto lain." kata Emma.
“Kecuali soto banjar yang kaya rempah. Bagi saya soto lamongan dan soto surabaya sama saya. Namun Ummi saya kata berbeda." Demikian Emma memerikan kegemaran Saya menyantap soto.
Sebagai anak kandung suku Banjar, kurang adab rasanya jika mengabaikan soto banjar. Karena saya penyuka soto baik soto banjar dan soto ayam sama-sama nyam-nyam. Yummy.
Dalam hidangan hari biasa memang soto ayaom lebih di gemari namun bukan berarti soto banjar dihindari. Biasanya saya membuat soto banjar dalam perayaan khusus. Edisi spesial lebaran.
Tetangga komplek perumahan sampai hafal kebiasaan keluarga kami. Jika ingin soto banjar di hari fitri, datang saja ke rumah kami. Soto banjar dinikmati dengan ketupat (jika menggunakan nasi urang Banjar menyebut sop/nasi sop).
Berikut saya share resep membuat soto ayam (banjar) dan soto ayam (lamongan) ala dapur Bunda.
1. Soto ayam Banjar
Bahan :
ayam kampung dan telor ayam.
Ornamen atau bahan pendukung :
Soun putih, makaroni, irisan kubis, daun bawang, seledri, irisan wortel dan bawang goreng sebagai taburan. perkedil kentang Irisan jeruk nipis, kecap dan sambel.
Rempah :
Kayu manis, cengkih, kapulaga arab, kas-kas, kenari, bunga sisir, pala dan merica
Bumbu :
Bawang putih, bawang merah dan jahe
Kuah pekat dan berwarna keruh didapatkan dari pergerakan kayu manis yang direbus lama atau bisa ditambahkan susu cair, susu beruang, telor kocok atau kentang yang dihaluskan (pilih salah satu. Kalau ibu saya selalu menambahkan susu beruang atau susu kental manis).
Cara masak :
Semua bahan disiapkan. Bumbu dan merica, pala dihaluskan. Tumis lalu masukkan ke dalam air mendidih. Rebus lama untuk mendapatkan perubahan warna (dari bening jadi pekat)
2. Soto ayam lamongan
Bahan :
Ayam kampung dan telor ayam..
Ornamen atau bahan pendukung :
kentang goreng, Irisan tomat, kecambah, bawang prei dan daun seledri, kubis dan kerupuk udang.
Bumbu : bawang putih, bawang merah, jahe,kemiri, ketumbar (disangrai) kunyi (dibakar) daun jeruk, serai dan laos (dikeprok). Jeruk nipis dan sambel rawit yang dihaluskan.
Soto apapun selama tidak menggunakan santan adalah makanan berkuah segar yang pas di segala kesempatan. Soto sebagai makanan pembuka (apertizer) cocok. Makanan utama juga pas. Apa saja tentang soto bagi saya selalu istimewa. Sila coba resep ala keluarga saya dan tetaplah jatuh cinta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar