Kamis, 22 September 2016

Hadiah Ulang Tahun Terbaik

Batam Indonesia
 #CatatanHariKamis

“Apakah Umi tidak malu kakak pindah kuliah di Samarinda?” Kata Riffat tiba-tiba.
Bukan malu mereka di Samarinda. Heran, kenapa Riffat meragukan ketulusan saya?
Saya ada untuk mendukung semua jalan mereka  menuju kehidupan bahagia.

Anak kembar yang setia dalam benar dan salah itu. September 2016 pindah kuliah di Samarinda.

Jurusan teknik sipil adalah. Laa Budda! Tidak bisa tidak.

Setelah Fuad  yang juga semester III Teknik Sipil di ITATS Surabaya. Hanya si bungsu yang masih berpeluang memilih jurusan pendidikan lepas SMA

Lelaki 16 tahun itu, sejak SMP sudah diwanti-wanti Ayahnya, memilih jurusan teknik. Boleh teknik arsitek. Meskipun saya melihat minat psikologi dan seni lebih kental dalam darah si bungsu. Tetapi terserahlah.

Saya harus patuh untuk menyerahkan segala urusan pendidikan dan pekerjaan anak-anak kepada suami. Anak-anak memulai hidupnya dengan pendidikan pesantren. Itu keinginan saya dan terpenuhi.

Selanjutnya, fokus mendoakan saja. Terserah Tuhan, akan mengatur kemudahan melalui jalan kehidupan yang mana. 

Pemikiran saya sederhana. Pintu bergaul di dunia adalah agama. Seseorang yang kenal Tuhannya,
siap bertanggung  jawab terhadap semua yang dilakukannya.

Pengawasan melekat dari dalam diri sendiri. Agama mengajarkan tahapan-demi tahapan meraih Ma’rifat. Pengenalan diri kepada Allah. Beribadah hingga menuai yakin. Keyakinan memupuk rasa percaya diri.  

Si kembar, daya nalar dan tingkat kritisnya  melampaui usia mereka. Jam terbang hidupnya yang belum seperempat abad kerap membuat  mulut saya terganga.

“Lihatlah itu….kelakuan anak kesayangan Umi. Uang untuk SPP dia pakai traveling ke Lombok dan pulau Rote.” Kata Riffat. Ketika dia marah,  Saya tidak bisa berkata apa-apa. Walapun kata Fuad dia baik-baik dengan dengan pembayaran SPP.

Dilain waktu, dia juga yang meminta ampun

“Maafkan kakak, Umi. Salah. Menuduh Umi pilih kasih, lebih sayang  Fuad daripada kita,” katanya  sambil terisak menyalami-ku.


Aku terdiam. Memahami pikiran orang muda. Menafsiri bahwa anak-anak,  kerap tidak cukup akal mengerti keluasan kasih sayang Ibunya.

Mana bisa membedakan perlakuan terhadap anak yang lahir dari rahim sendiri.  Mereka menempati wadah  berbeda dalam hati yang sama. Ke empat mereka adalah organ penting, seperti organ vital dalam tubuh. Sebut saja jantung, paru-paru, liver dan empedu.

Semua penting, menjalankan fungsi masing-masing. Peredaran darah dipompa oleh jantung. Empedu menyaring racun, paru-paru, sirkulasi udara. Liver, kunci kesehatan raga.

Jangan salah menduga. Kalian memiliki tempat, sama. Utama dan penting. Libatkan rasa sebelum berkata-kata. Pikiran jangan melulu dipercaya. Lelah, kalau banyak berpikir.

Luaskan saja hati. Lihat yang terjadi, orang tua adalah sahabat sejati, berdiri dan pendukung paling berani.

Pindah kuliah dari Surabaya ke Samarinda adalah pilihan terbaik. Saran Penasehat Spiritual Keluarga kita, serta merta ikuti. Bagus! Komentar terbaik  beliau :

“ Ridho Ibumu, raihlah. Buktikan mimpimu dalam jaga. Dengari, ikuti mau-nya. ”

Dan kenyataan memang demikian. Si kembar, perempuan cerdas yang susah mandi itu, mulai jinak bak kucing anggora. Pesek Persia, si cantik pemalas berharga.

Menjadi insinyur adalah gen mereka sejak janin. Dibagian ini, saya mengambil peran membina karakter. Si Ayah mengajarkan ketrampilan hidup.

Anak adalah jendela kedua orang tua.

Fatima yang logis dan sistematis mewakili kakunya seorang insinyur senior. Satu dari Fatima. Bakat menulisnya melampaui saya, diusia yang sama. Pilihan diksi nya kadang membuat saya terpukau, iri.

Sementara Riffat cermin kepribadian saya. Penyuka kedalaman.  Kemampuan bicaranya membuatku tidak malu mengatakan “Wow…”

Ada yang jembar sekali di rongga dada,  sejak mereka di Samarinda. Disamping kemudahan akses kolega, jalur pertemanan Ayahnya. Hampir semua dosen adalah mitra kerja dan yang terhormat bapak Dekan, si Ayah bermodal “ Halo” untuk menyelesaikan perkara konversi dan masalah admistrasi/akademik. 

Samarinda memanggil kalian. Bumi etam merindu. Satu dasawarsa di Surabaya, cukup menyantap pesona pulau Jawa, mengikuti ritme hidup masyarakat kota. 

Kalimantan memanggilmu pulang. Sungai Mahakam mengalirkan energi magis di pembuluh semangat kalian. Beberapa proyek pekerjaan di kota-kota dalam wilayah Kalimantan Timur, menunggu bantuan pengawasan dari kantor cabang Samarinda. Alasan pekerjaan kalian ada.

Disamping itu, kita bertiga penyuka jalan-jalan. Dan ini...
Perempuan, di manapun. Pasti menghentikan langkah di depan etalase yang memajang sepatu dan tas merk ternama.

Selamat Ulang Tahun 22 September 2016.
Baik-baiklah jadi anak.  Umi, akan jadi Ibu yang baik bagi kalian ber-empat.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar