Jumat, 23 Desember 2016

Hari Ibu 22 Desember 2016




#Mimbar Islam PKTV Spesial Hari Ibu Kamis 22 Desember 2016


"Selamat malam. Assalamualaikum Ibu Iin, senang sepanggung mendampingi Ibu," Kata Tatik NurRahmah. Host  "Ibu peletak landasan Iman kepada Allah SWT."

"Pemirsa. Ibu Iin, beliau Pembina Forum Da'iah dan Group Rebana Radio Buana. Dosen pada Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Bontang dan... Seorang Penulis yang Menulis buku motivasi. Ibu Iin... bisa cerita dikit tentang bukunya." (asekk...ini bagian favorit saya, membicarakan diri sendiri.)

"Baik. Terima kasih Mbak Tatik, saya sedang menulis buku motivasi. 

Kisah seorang Ibu yang berjuang melahirkan anak kembar dan mendampingi tumbuh kembang anak-anaknya. Suka duka keluarga hingga memberikan apresiasi atas kemampuan si kembar menghadapi kisah rumit asrama. Drama cinta Fatima dan Riffat : kisah cinta dua agama.

"Wow...nyambung dong, Bu dengan tema kita malam ini. Silahkan Ibu menyampaikan taushiah."

Agama, kebutuhan pokok manusia. Serupa makan untuk jasmani. Agama, keyakinan tertinggi insani. Fitrah ilahyah dalam diri yang suci. Manusia  butuh agama, untuk hidup terarah dan bermakna. 
Pelajaran tauhid dasar adalah mengEsakan Allah, lalu Ibu mengajarkan tata cara peribadatan dan melatih kebiasaan terpuji jadi akhlak keluarga.

Mengapa sorga di bawah kuasa Ibu. Karena Ibu tumpuan harapan  anak. Memenuhi keinginan, memberikan pelayanan dan mewajibkan doanya bagi sukses hidup semua anaknya.



Ibu...
Engkau-lah karyawan Tuhan bergaji hebat, dengan pembayaran cinta tak bersyarat.




Cinta terbaik seorang pria untuk wanitanya, cinta kepada ibunya adalah yang terpanjang selama hidupnya.

Ibu…

Engkau sangat memedulikanku.

Jadikan aku anak sholeh disayap doamu. Alasan pintu sorga membuka bagimu. 

Rabu, 21 Desember 2016

Riffat, Bayi Prematurku





#Tulisan Riffat tentang saya.

ibu saya suka sekali membaca, oh iya beliau juga suka sekali menulis. beliau selalu cerdik dalam mengolah makanan. ibu saya adalah ibu yang tegas. beliau tidak pernah membentak, tapi beliau sangat ketat soal reward and punishment. setiap saya melakukan kesalahan, pasti saya sudah salah tingkah, ibu saya hanya tersenyum dan berkata "kakak tau salah kakak apa ?" dan saya jawab apa bentuk kesalahan yang saya lakukan, alih alih memarahi, beliau malah membantu saya mencari solusi untuk mengatasi kesalaha yang sudah saya perbuat.

ibu saya sangat cerdas, pengetahuan beliau luas karena seringnya beliau membaca. namun, satu hal yang saya mengangguk hormat pada ibu saya karena beliau dengan tidak gengsi berkata "umi nggak tau kak soal itu, nanti kita coba cari jawabannya bareng bareng" ketika saya menanyakan pertanyaan yang beliau tidak tau jawabannya.

ibu saya suka sekali nonton drama korea, (begitu juga saya). kata beliau, masyarakat korea itu penuh totalitas. kelihatan dari cara para pemain film drama tersebut menunjukkan ekpresi mereka lewat bahasa tubuh.

ibu saya suka sekali makan soto, beliau sangat bisa membedakan mana soto surabaya, mana soto blitar, dan mana soto lamongan. (yang menurut saya semuanya sama) beliau selalu makan sotonya dengan jeruk nipis plus sambal yang banyak.

ibu saya adalah orang pertama yang mengajarkan saya bagaimana menggunakan sumpit yang baik dan benar, beliau yang mengenalkan saya pada dim sum, sushi, shabu - shabu, sashimi, nasi kebuli dan nasi briyani.

beliau juga yang mengajarkan saya bagaimana menggunakan pisau dan garpu secara anggun. dan beliau juga yang mengajarkan saya bagaimana etika makan di jamuan buffet.

ibu sangat selektif dalam pemilihan buku buku yang saya baca, seingat saya . saya tidak pernah membaca cerita si kancil selama di rumah, yang saya baca adalah buku serial lima sekawan dan biografi tokoh tokoh dunia. serial si kancil baru saya ketahui ketika saya di SD.

sebagai anak rantau, setiap pulang ke Bontang, ibu saya selalu mebuat empek-empek berkilo kilo (yang stocknya mengalahkan orang jualan) kemudian membekukan di kulkas untuk kami (anak-anak beliau) goreng kapanpun kita mau.

beliau juga sering membuatkan abon untuk kami sebelum saya dan adik adik balik (kalo saya balik ke surabaya) sebagai teman makan nasi karena kamu semua tergolong susah makan.

ibu saya begitu luar biasa, beliau tau mulai dari addendum kontrak pekerjaan pemancangan jembatan sampai cara mengolah daging yang benar. beliau tau mulai dari psikologi para psikopat sampai bagaimana cara membuat donat kentang yang enak.

ibu saya adalah seorang pecinta kebersihan dan kerapian garis keras. satu saja barang di rumah tidak ditaruh pada tempatnya beliau langsung mencari pelaku (yang kemungkinan besar adalah penghuni rumah) dan menceramahi kami tentang pentingnya tanggung jawab pada hal hal kecil yang remeh.

beliau..... begitu luar biasa.

dari beliau, saya belajar tentang Tuhan yang maha bercanda.
______________________________________________________________________


saya pernah menulis untuk ibu saya di sini dan di sini. beberapa hari yang lalu ibu saya mengunjungi saya ke Surabaya dan kemudian kemarin beliau balik ke Bontang. ibu saya menyampaikan banyak hal pada saya, saya memang tidak bercerita secara gamblang tapi naluri seorang ibu menuntun beliau mengatakan hal hal berikut :

1. kalau saja umi dulu menyerah memperjuangkan cinta sejati dengan abahmu. mungkin sekarang tidak ada kamu di hadapan umi dan umi akan patah hati dan tidak akan menikah sampai mati. perjuangan cinta sejati tidak pernah mudah. tapi yang pasti, selalu ada pertolongan tuhan bagi mereka yang tulus mencintai.

2. kadang umi sebagai orang tua harus menyamakan persepsi dengan anak. anak sudah menunjukkan bakti semampunya pada orang tua, namun terkadang kami orang tua yang selalu menuntut bakti anak sehingga sering terjadi konflik.

3. teruslah untuk menulis, karena kita hidup untuk menulis.

4. jangan sakit, dan jangan masuk rumah sakit karena kamu mau ujian

5.  jangan kalah sama tugas kuliah, tugas dirancang untuk bisa kamu kerjakan dengan baik.

saya yang mewarisi gengsi setebal balok es jelas aja cengar cengir dibilangin kayak gitu sama umi saya

setelah umi saya balik ke Bontang, saya menangis tersedu sedu karena semua yang dikatakan oleh umi saya adalah solusi dari apa yang terjadi pada saya beberapa minggu terakhir. dan terang saja, satu hari sebelum postingan ini ditulis saya hampir masuk UGD karena sakit langganan karena stress yang mampir di tubuh saja. kalau saja umi saya tidak mewanti wanti saya untuk tidak sakit, mungkin saat ini saya sudah terbaring opname di rumah sakit langganan.

ada hal hal yang terjadi antara ibu dan anak yang sangat tidak masuk akal namun nyata adanya. ibu saya bukan dokter, bukan pula peramal. beliau adalah perempuan luar biasa yang mempertaruhkan setengah nyawanya demi lahirnya saya ke dunia. beliau pula orang yang paling tulus mendoakan kesuksesan saya.

seperti sabda Rasulullah yang menyebut ibu tiga kali kemudian ayah. ibu yang memiliki hak mutlak atas hidup saya dengan pelajaran tentang bertahan hidup yang ayah saya ajarkan.







Surabaya, 21 Mei 2015



Rifa Akhsan
Selamat Hari Ibu.





Puitisasi Doa Ibu



 Dan kami perintahkan manusia berbuat baik kepada kedua Ibu Bapaknya;
Ibunya telah mengandung dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKU dan kepada kedua Ibu Bapakmu, hanya kepadaKU-lah kamu kembali. Qur'an Surah: 31 (Lukman) : 14 

#Doa bagi Mama : Hajjah Asnah Sanusi.
Muhasabah doa  Mimbar Islam PKTV
dan Resonansi Jiwa Radio Buana.

UNTUK Engkau yang terjaga disepertiga malam buta
dan yang memejam mata saat malam beranjak dewasa.

Dewa dibibir dan dihati semua anak manusia.

Aku mengasihimu setandas kata, hingga tamat masa tua dan selamanya.

Duhai Tuhan…

Aku adalah anak ibuku //dan ibu dari anak-anak suamiku.

Pada hari Rabu sempurna ini, limpahi aku tenaga munajat tanpa ragu kepadamu
Persembahan kata terpuji bagi Ibu.

Perkenankan setangkup puisi  merengkuh hati, hingga pucuk landasan jiwa setiap diri.

Cinta bertabur kesan menggenapi sekujur badan harapan.

Luruh pada tiap wajah duka dan kisah asmara.

Cinta ibu kelewat praktis, dia bukan pemuja kata-kata manis.
Aroma sayangnya menguar dari ruang dapur, menebar dalam wangi kopi Ayah.
Susu coklat teman roti mentega, atau  harum bunga matahari lekat di batas dada.
Jika ada kalimat menggoresmu,  pernah tercetus dari bibir longgarnya.
Percaya saya..itu bukan sengaja, walakin cara rahasia bilang cinta.
Cinta yang tertangkap maknanya, meski kadang menoreh luka.
Asal sempat merenung saja, kamu dapati cintanya menawar airmata.

Ibu…

Izinkan kupeluk jiwamu, meringis manfaat dari sakit yang tak menangis.

Pinjami hatimu, demi melongok liang luka, yang kerap engkau beritakan melaui airmata.

Cinta mu, bahan bakar manusia normal, melakukan kehebatan terwajar.
Tulusmu tajir, akhir tempat parkir, segala rasa sakit dan kuatir.

Ibu…

Engkau-lah karyawan Tuhan bergaji hebat, dengan pembayaran cinta tak bersyarat.

Cinta terbaik seorang pria untuk wanitanya, cinta kepada ibunya adalah yang terpanjang selama hidupnya.

Ibu…

Engkau sangat memedulikanku.

Jadikan aku anak sholeh disayap doamu. Alasan pintu sorga membuka bagimu. 

Terima kasih mencerdaskan penglihatanku, pada keindahan kuasa Tuhan Penciptaku.
Memekarkan benih asa, beralas cinta yang kau semai saban berdoa  
Dalam keheningan penuh, dikabin bergulatan kesepian hati membunuh.

Ibu…Separuh nafasku bergantung restumu.

Kejaiban hidupku terlahir dari rahimmu.

Engkau wajib, atas ganjaran kebaikanku sejak dalam pikiran.

Duhai Tuhan, Penggenggam kasih dan harapan

Demi rasa sakit Ibu saat melahirkan.

Mohon kiranya ENGKAU wahai Tuhan, Menjadikan peringatan hari Ibu tahun ini momentum gerakan kemulian akhak manusia.

Ketika  ibu ikhlas menjalankan perannya, mendidik mental keluarga.

Dan saat hati anak lunak, mendengari dan mematuhi ajaran kedua orang tua.

Apalagi yang lebih menyenangkan, bagi meneguhkan keutuhan keluarga.

selain Ibu yang taat perintah Allah dan Rasulullah
serta anak terdidik bakti, pada Ayah Bunda yang menyayangi.

Rabbana hablana min ajwajinaa…………

Allah ..Tuhan yang mengijabah Doa.

Jadikanlah kami dan anak keturunan sebagai penyejuk hati kami 
dan jadikan kami pemimpin bagi orang yang takut kepadaMu.

Rabbana atina fiddunya hasanah...



Bukan Sempurna...dari Fatima

SEMUA ITU AKU PELAJARI DARI IBUKU

15.40


Ini adalah tulisan Fatima, edisi hari Ibu tahun lalu. Ungkapan sanjungan si anak perempuan. 
Setiap kata bersisian kesan keharuan. Oh..begitukah Umi bagi matahati, sang Ma'rifah .

Monday, December 22, 2014

Desember tanggal 22, selamat hari ibu.
beliau selalu terbangun paling pagi diantara seisi rumah. walaupun abah adalah yang membangunkanku untuk solat subuh. tetapi beliau yang aku tau sudah berbuat banyak pada subuh hari.

matahari memang belum terbit. tetapi beliau sudah menyelesaikan apa yang disebut sunnah. beliau juga sudah menyelesaikan ribuan hitungan tasbih untuk menyebut nama Tuhannya.

iya, beliau adalah seseorang yang bertanggung jawab tentang pendidikan paling fundamentalku. tentang bagaimana menjadi baik, kemudian di teruskan dengan pendidikan etika. beliau adalah guru pertamaku untuk segala hal.

kami memang tidak sebidang. sering sekali berbeda pendapat atau ada yang tidak aku pahami tentang beliau. kadang kritik pedasnya begitu sakit untuk sampai ditelingaku, tetapi dengan menginjak ego harus aku akui bahwa itu benar

beliau yang mengajariku, mulai dari keharusan menyerahkan sesuatu dan menerima kartu nama dengan dua tangan, mengiyakan dengan kata "baik" bukan "iya" sampai tentang keharusan menguasai bahasa inggris.

beliau orang yang sungguh luar biasa, bisa berganti peran secepat aku mengganti topik pembicaraan. ibuku idolaku di segala bidang. beliau adalah seorang beragama yang paling pluralis. beliau mempelajari agama begitu dalam, tetapi beliau tidak pernah bermasalah dalam hal perbedaan. beliau begitu lurus tentang halal dan haram, tetapi beliau begitu tau tentang toleransi dan menghargai.

beliau adalah orang pertama yang mengajakku makan sushi, mengajari bagaimana cara menggunakan pisau dan garpu, dan memperkenalkan blazer sebagai luaran yang rapi serta jilbab yang sebatas leher. begitu fleksibel dan elegan. itu semua aku pelajari dari ibuku,

ibuku yang mengajari tentang bagaimana cara menghargai, hingga memberi apresiasi tertinggi.

ibuku memang bukan manusia sempurna. sering kali ada dari beliau yang tidak berkenan di aku dan sering kali aku dibuatnya sebal. tetapi ibuku yang mengajarkan aku tentang berani meminta maaf duluan, beliau meminta maaf padaku ketika beliau sadar beliau yang bersalah.

dan beliau baik baik saya dengan melakukan itu.

dari itu aku belajar tentang mengakui kesalahan. menyampaikan dengan baik. mengendalikan emosi. bertanggung jawab. beliau sering menyelenggarakan diskusi di meja makan. lagi lagi aku belajar tentang komunikasi itu harus dua arah. tentang bahaya keegoisan. tentang segala sesuatu itu bisa diurai. tentang pemakluman

dan aku belajar tentang tidak melawan, tabah sebagai takdir.